Indonesia
adalah surganya sumber kekayaan alam. Banayak spesies flora dan fauna yan hidup
di Indonesia, namun keberadaannya sekarang hamper terancam punah.
Isu tentang kepunahan Fauna memang menjadi hal yang perlu
untuk dipahami bersama, terlebih oleh Negara-negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang luar biasa tinggi seperti Indonesia. Sebagai salah
satu sumber flasma nutfah terbesar, Indonesia
memiliki keanekagaraman jenis fauna yang sangat kaya. Taksiran jumlah jenis fauna
Indonesia adalah sebagai berikut. Hewan menyusui ada 300 jenis, burung 7500 jenis,
reptil 2500 jenis, amfibi 1000 jenis, ikan 8500 jenis, keong 20000 jenis dan serangga
250000 jenis. Indonesia memiliki 420 jenis burung yang tersebar di 24 lokasi. Beberapa
pulau di Indonesia memiliki jenis hewan endemik, terutama di Palau Sulawesi, Papua
dan di Kepulauan Mentawai. Namun dibalik fakta menarik ini, ancaman kepunahan
fauna senantiasa akan mengancam keberadaan fauna-fauna Indonesia tersebut.
Menurut IUCN ( International
Union for Conservation of Nature ),keberadaan suatu fauna dapat dibedakan
berdasarkan klasifikasi berdasarkan tingkat ancaman kepunahannya. Klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut:
· Extinct (EX; Punah) adalah status konservasi
yag diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada keraguan lagi)
bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. Dalam IUCN Redlist
tercatat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus Punah. Contoh satwa Indonesia
yang telah punah diantaranya adalah; Harimau Jawa dan Harimau Bali.
· Extinct in the
Wild (EW; Punah Di Alam Liar)
adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada
di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka. Dalam IUCN Redlist
tercatat 38 hewan dan 28 tumbuhan yang berstatus Extinct in the Wild.
- Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Dalam IUCN Redlist tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang berstatus Kritis. Contoh satwa Indonesia yang berstatus kritis antara lain; Harimau Sumatra, Badak Jawa, Badak Sumatera, Jalak Bali, Orangutan Sumatera, Elang Jawa, Trulek Jawa, Rusa Bawean.
- Endangered (EN; Genting atau Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 2.573 hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus Terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Banteng, Anoa, Mentok Rimba, Maleo, Tapir, Trenggiling, Bekantan, dan Tarsius.
- Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang berstatus Rentan. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Kasuari, Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku.
- Near Threatened (NT; Hampir Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Dalam IUCN Redlist tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan yang berstatus Hampir Terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Alap-alap Doria, Punai Sumba,
- Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dalam IUCN Redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, dan Landak.
- Data Deficient (DD; Informasi Kurang), Sebuah takson dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam IUCN Redlist tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Informasi kurang. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok Papua, Todirhamphus nigrocyaneus,
- Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok Togian.
Faktor Alasan Penyebab Kepunahan Suatu Spesies :
1. Daya Regenerasi Yang Rendah
1. Daya Regenerasi Yang Rendah
2. Campur Tangan Manusia
3. Bencana Alam Besar
3. Bencana Alam Besar
4. Didesak Populasi Lain Yang Kuat
FLORA
Ada
ungkapan bahwa manusia makhluk yang memberikan kontribusi akan rusaknya alam
dan punahnya tumbuhan dan hewan. Menurut sebuah penelitian, sekitar 24 persen
tumbuhan di Indonesia terancam punah. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang mencapai 10
persen total kekayaan yang ada di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke
empat bersama Brazil sebagai negara dengan jumlah tumbuhan tera
ncam punah
tertinggi di dunia. Berdasarkan data International Union for Conservation of
Nature (IUCN) tahun 2012 sekitar 393 jenis tumbuhan dalam ancaman kepunahan.
Penyebab
kepunahan atau biodiversity lost pada umumnya disebabkan adanya alih fungsi
lahan, ekploitasi lahan, pencemaran dan ekosistem baik darat dan perairan,
pengaruh tanaman luar yang bersifat invasif, dan penebangan tanaman yang
dilindungi.
Pohon Kapur yang Langka dan Terancam Punah.
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) semakin sulit ditemukan di
habitatnya. Pohon ini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status
konservasi Critically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan
status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah.
Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman
ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal
kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak
sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan.
Maka dari itu kita sebagai warga Indonesia, mari kita selamatkan salah satu aset bangsa yang tak ternilai tersebut . Inagatlah pribahasa, “hanya ketika pohon terakhir telah mati dan sungai terakhir telah teracuni dan ikan terakhir telah tertangkap akan kita menyadari bahwa kita tidak bisa makan uang”.